Senin, 30 Desember 2013

Dengan Inovasi dan Kreativitas UPTD PPP Kuala Tungkal Berhasil Mengembangkan Perikanan Berbasis Blue Economy

Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal (PPP-Kuala Tungkal) merupakan UPTD Pelabuhan Perikanan Pantai di Provinsi Jambi yang ditetapkan  dengan PERGUB No. 32 Tahun 2009, tanggal 3 September 2009.  UPTD PPP Kuala Tungkal diharapkan menjadi salah satu pintu gerbang ekspor perikanan di pantai timur Sumatera karena dekat dengan Pertumbuhan Segitiga (IMS-GT) Indonesia, Malaysia dan Singapura.  Selain itu, PPP Kuala Tungkal juga  memiliki akses ke fishing ground ZEEI, Laut Cina Selatan dan Selat Karimata sehingga memberi kemudahan bagi pelaku usaha untuk pengembangan produksi tangkapannya.
Beberapa fungsi UPTD PPP Kuala Tungkal yang diusahakan peningkatannya adalah  pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan karena selama ini kegiatannya masih terbatas pada pengolahan ikan menjadi ikan kering, kerupuk udang dan terasi, disamping fungsi bongkar muat hasil tangkapan dan pengumpulan udang ketak untuk eksport.  Sementara itu masih banyak hasil tangkapan dan sisa pengolahan  berupa ikan rucah/sampah, kepala udang dan kepala ikan serta ikan asin yang tidak layak untuk dikonsumsi namun belum dimanfaatkan sehingga  akhirnya  menjadi limbah dan  akan merusak  lingkungan perairan.
 
Sejalan dengan paradigma Bapak Sharif C. Sutardjo Menteri KP  tentang  konsep “Blue Economy” yaitu  melalui pengembangan berbagai inovasi yang berorientasi pada pelestarian sumber daya untuk memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan. Pengembangan blue economy tersebut diharapkan dapat menciptakan daya saing yang lebih tinggi melalui inovasi dan efisiensi yang berkelanjutan,melakukan pembangunan tanpa merusak lingkungan, menciptakan berbagai industri baru di bidang kelautan dan perikanan, serta menciptakan lapangan kerja. Upaya pengembangan blue economy perlu pula diiringi upaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan dan perikanan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta disertai upaya untuk mengelola wilayah laut nasional secara terintegrasi.   Sehubungan dengan konsep blue economy tersebut  Bapak Marwoto saat itu menjadi Dirjen Perikanan Tangkap nmenyampaikan bahwa  penerapan “Blue Economy” di Pelabuhan Perikanan, intinya “menekankan pada inovasi dan kreativitas untuk mengolah limbah menjadi bahan baku sebuah produk tanpa menyisakan limbah, menjadi turunannya seperti pakan ikan dan tepung ikan”.   
    Berdasarkan konsep yang telah disampaikan oleh Bapak Menteri KKP tersebut, UPTD PPP Kuala Tungkal  mencoba melakukan pengolahan limbah tersebut menjadi pakan ikan dan mengeringkan melalui hembusan angin panas yang berasal dari pabrik es yang sudah ada di UPTD PPP Kuala Tungkal dengan kapasitas 200 balok atau 5 ton/hari dan menggunakan 
daya listrik 60.000watt.
Namun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sangat sederhana sekali yaitu pembuatan pakan ikan dengan menggunakan mesin pellet mesin bekas yang tidak terpakai lagi sedangkan pengeringan dilakukan dengan sinar matahri yang kemudian dipadukan dengan blower pabrik es yang ditutupi plastik bekas.

 Upaya yang sangat sedarhana  ini ternyata mampu menghasilkan pakan ikan 400kg/hari namun demikian usaha ini mampu meningkatkan pendapatan, yang diikuti dengan dampak (muliplier effek) seperti penyerapan tenaga kerja yang saat itu berjumlah 5 orang dan peningkatan nilai tambah dan  hasil produksi yang dihasilkan (pakan ikan) jauh lebih murah sehingga memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidaya ikan.
                                Upaya yang  dilakukan ternyata  ditindaklanjuti oleh  Direktur Pengembangan Produk Non Kosumsi beserta staf pada tanggal 31 Januari 2013,  dengan  melakukan survei dan grouncheck ke UPTD Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal dan mendukung melalui Progaram Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan melalui kegiatan Fasilitasi Pengembangan Produk Hasil Perikanan Non Konsumsi berupa:
1.       Pembangunan Rumah Kaca yang terhubung langsung dengan blower pabrik es sehingga proses pengeringan ikan sampah, kepala ikan/udang serta pakan ikan lebih cepat pada kondisi  cuaca panas dan tidak terkendala  pada saat hari hujan
2.       Bantuan Peralatan Produksi Mesin Pelet dan Penepung serta alat pengering ukuran 1 x 2 m2  yang dipasang bertingkat dengan jumlah keseluruhan 100unit sehingga mampu meningkatkan kapasitas pengeringan dari hanya 200kg menjadi 2ton pakan atau ikan sampah.  

Kreativitas yang dilaksanakan  ini merupakan titik awal penerapan “blue economy” di UPTD PPP Kuala Tungkal dan untuk pemanfaatan blower pabrik es untuk proses pengeringan ikan/pakan ikan merupakan yang pertama di pelabuhan perikanan  sehingga diharapkan bisa menjadi contoh bagi pelabuhan perikanan yang ada Indonesia dengan jumlah lebih kurang 800 lokasi.  Dan tentunya bila setiap pabrik es digunakan berapa banyak energy yang merupakan limbah bisa dimanfaatkan.
Dengan selesainya kegiatan ini telah  mampu  meningkatkan pendapatan, yang diikuti dengan dampak (muliplier effek) seperti penyerapan tenaga kerja menjadi 10 orang dan peningkatan nilai tambah.  Produk yang dihasilkan memilikiki daya saing yang tinggi karena harga jauh lebih murah dan mutu produk mampu bersaing dengan pakan pabrik sehingga hasil produksi tentunya memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidaya ikan khususnya pembudidaya ikan patin.

 Produksi pakan ikan yang dihasilkan UPTD PPP. telah mampu memproduksi pakan ikan 1,0 ton pakan ikan per hari atau 30 ton/per bulan dan langsung dipasok untuk pembudidaya patin di Kab Muaro Jambi dan Kota Jambi.   Dan tentunya dimasa yang akan datang produksi tepung/pakan ikan ini masih bisa ditingkatkan karena potensi ikan sampah, kepala udang/ikan dan ikan yang tidak layak kosumsi di Provinsi Jambi khususnya Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat besar  serta limbah yang berasal dari proses fellet patin Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah dibangun di Kabupaten Muaro Jambi.